Apakah QRIS Ancaman bagi Perekonomian AS?
Apakah QRIS Ancaman bagi Perekonomian AS?
Pendahuluan
Belakangan ini, sistem pembayaran QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) mendapat sorotan dari pemerintah AS, yang menilai potensi efeknya terhadap dominasi perusahaan pembayaran AS seperti Visa dan Mastercard. Mari ulas fakta, konteks, dan dampaknya secara obyektif.
1. Latar Belakang dan Reaksi AS
-
Label “trade barrier”
Dalam National Trade Estimate Report 2025, Office of the U.S. Trade Representative (USTR) menyatakan bahwa QRIS, bersama sistem GPN, dapat menjadi hambatan akses pasar bagi penyedia layanan pembayaran asing, khususnya AS. -
Kekhawatiran AS
USTR menilai implementasi QRIS kurang melibatkan stakeholder internasional, sehingga dikhawatirkan menghambat dominasi perusahaan-perusahaan seperti Visa dan Mastercard .
2. Fakta Lapangan dan Keuntungan QRIS
-
Tujuan domestik inklusi
QRIS dikembangkan untuk menyederhanakan ekosistem pembayaran domestik, memperkuat inklusi keuangan, terutama bagi UMKM, bukan sekadar menghalangi pelaku asing. BI dan ASPI menyatakan produk ini didesain untuk memenuhi kebutuhan rakyat Indonesia. -
Standar global & inklusif
QRIS mengikuti standar EMVCo sehingga semua penyedia, termasuk Visa/Mastercard, bisa berpartisipasi. Justru, kedua raksasa global tersebut terlibat dalam proses penyusunan standar ini. -
Pertumbuhan pesat
Hingga 2024, basis pengguna mencapai ~50 juta dan 32 juta merchant, volume transaksi tahunan capai Rp 42 triliun (~US$ 2,6 miliar) — menunjukkan adopsi kuat domestik.
3. Dampak terhadap Ekonomi AS: Ancaman atau Motivasi?
Dampak | Analisis |
---|---|
Pasar pembayaran AS | Pengguna QR code meningkat juga di AS, dan sistem AS saham dominan tetap kuat . |
Dominasi global | QRIS mendorong tren de-dollarization dan interoperabilitas regional ASEAN . |
Reaksi kebijakan AS | Label ‘trade barrier’ bisa membuka jalan untuk negosiasi tarif & kerjasama teknis . |
Inovasi dan adaptasi | Tantangan ini bisa mendorong AS percepat modernisasi infrastruktur pembayaran digitalnya. |
4. Respons Indonesia
-
Diplomasi terbuka
BI siap berkolaborasi, termasuk dengan AS, jika kedua negara siap membicarakan teknis kerjasama QRIS. -
Negosiasi strategis
QRIS mungkin jadi alat negosiasi: sedikit fleksibilitas dalam aturan QRIS bisa ditukar dengan pelonggaran tarif bagi industri ekspor AS seperti nikel atau tekstil .
5. Perspektif Netral
-
Bukan perang, tetapi katalis
Bukannya menyingkirkan pemain global, QRIS justru memperkuat posisi Indonesia dalam keuangan global sekaligus membuka jalan bagi sistem pembayaran alternatif yang lebih inklusif. -
Momentum modernisasi AS
Ancaman pemasok global bisa menjadi peluang bagi inovasi AS — mempercepat fitur QR, biaya transaksi terjangkau, dan penetrasi ke segmen UMKM.
Kesimpulan & Insight
-
QRIS bukan lanjutan dari perang ekonomi, melainkan langkah kedaulatan dan inklusi.
-
Label "ancaman AS" lebih mencerminkan kekhawatiran atas gangguan status quo, bukan dampak ekonomis negatif langsung.
-
Yang diperlukan adalah kolaborasi teknis: jika AS dan BI duduk bersama, QRIS bisa menjadi model interoperabilitas global — win‑win bagi kedua negara.
Referensi Utama
-
USTR National Trade Estimate Report 2025 mengkategorikan QRIS dan GPN sebagai potensi hambatan perdagangan.
-
Komentar BI & BI siap kerjasama.
-
Statistik pertumbuhan QRIS & ekspansi regional.
-
Data pasar QR global menjelaskan dominasi AS masih kuat
Singkatnya, QRIS bukan ancaman destruktif bagi ekonomi AS, tapi sinyal kekuatan teknologi inklusif Indonesia yang bisa memacu inovasi dan dialog internasional.
Penulis :
TEKNO AMPUH
Website : teknoampuh.com
Komentar
Posting Komentar